Kajian Asmaul Husna di Masjid Nurun Nuha Malang

Gus Salam YS Ungkap Proses Perjalanan Cahaya Dalam Menyembuhkan Luka Batin dan Menyambung Hati dengan Allah

AHQNews, MALANGPuluhan jemaah memadati Masjid Nurun Nuha, Jatimulyo, Kota Malang, Jawa Timur, Minggu (2/11/2025) malam. Mereka hadir mengikuti kajian Asmaul Husna (AHQ) bersama Gus Salam YS MPd, Pendiri sekaligus Konseptor Metode Asmaul Husna Quotient (AHQ).

Dalam kajian bertajuk ‘Jalan Cahaya Menyembuhkan Luka Batin dan Menyambung Hati dengan Allah’, Gus Salam mengajak peserta menyelami rahasia Asmaul Husna sebagai jalan spiritual untuk penyembuhan batin, penjernihan hati, dan kesadaran ilahi.

Luka Batin: Keterpisahan dari Allah

Menurut Founder AHQ Center Indonesia, setiap manusia pernah mengalami luka batin, yakni kecewa, dendam, dan rasa sakit yang tertinggal dalam memori bawah sadar. Luka itu tersimpan di bagian otak bernama hipokampus, pusat emosi dan kenangan masa lalu.

Namun, ungkapnya, lebih dalam dari semua luka itu, sumber sejatinya bukan perlakuan manusia, melainkan keterpisahan dari Allah.

“Kita pernah berjumpa denganNya sebelum ruh ini turun ke dunia,” beber Gus Salam.

Ia mengingatkan, QS Al A’raf ayat 172, saat Allah bertanya, “Alastu bi rabbikum?” dan ruh manusia menjawab, “Qalu bala syahidna.”

Momen suci itu, tegasnya, adalah perjanjian cinta pertama antara ruh dan Tuhannya, yang kemudian terlupakan ketika manusia lahir ke dunia. Gus pun menyatakan, bahwa dzikir adalah ‘jembatan ruh’ untuk Kembali ke Sang Pencipta.

“Sebelum ruh turun ke rahim ibu, Allah berpesan, ‘Jika engkau takut, bingung, atau cemas, sebutlah namaKu. Dari sinilah, dzikir menjadi jembatan ruh agar tetap terhubung dengan Allah,” ungkap Gus Salam.

“Lupa adalah bagian dari perjalanan spiritual. Kita belajar mengenal Tuhan lewat pencarian dan penderitaan,” lanjutnya.

Namun Gus Salam menegaskan, bahwa derita bukan hukuman, melainkan jembatan cinta, karena lewat kesakitan, manusia justru diingatkan untuk kembali kepada sumber kasih sejati.

Jalan Mengenal Diri dan Tuhan

Allah berfirman dalam QS Al A’raf ayat 180: “Dan milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut nama-nama itu.”

Asmaul Husna bukan sekadar daftar 99 nama, tapi energi spiritual dan sifat-sifat ilahi yang hidup dalam diri manusia. “Kita punya kasih sayang karena Allah Ar Rahman. Kita bisa memaafkan karena Allah Al Ghafur. Kita mampu menolong karena Allah An Nashir,” terang Gus Salam.

Lebih dalam lagi, Pendiri Yayasan Salam Pepadhang Nusantara ini memaparkan, konsep mengenal diri berdasarkan pengalaman perjalanan ruhaninya selama lebih 36 tahun.

Menurutnya, mengenal diri adalah memahami empat lapisan nafsu yang menentukan arah hidup manusia. Empat nafsu tersebut, adalah Nafsu Iblis , nafsu penuh kesombongan dan iri dengki, dendam.

“Kedua, Nafsu Binatang, takt ahu aturan, menuruti keinginan tanpa kendali. Nafsu ketiga, Nafsu Malaikat,tunduk sepenuhnya pada Allah. Lalu keempat, Nafsu Ketuhanan, yakni lahir dari kesadaran Asmaul Husna, memancarkan kasih dan cahaya ilahi,” jelasnya detil.

“Manusia memiliki keempatnya. Ketika ia menuruti nafsu rendah, derajatnya jatuh di bawah binatang. Tapi, saat ia hidup dengan sifat ilahi, ia melampaui malaikat. Di sinilah letak keagungan manusia, sebagaimakhluk yang diberi potensi untuk memilih jalan tertinggi,” sambung Gus Salam lebih jauh.

AHQ: Kecerdasan Ilahiyah

Gus Salam mengembangkan pendekatan Asmaul Husna Quotient (AHQ), dari hasil penelitian selama 23 tahun yang memadukan dzikir Asmaul Husna, psikologi Islam, dan neurosains spiritual.

Pendekatan ini, sebutnya, menumbuhkan kecerdasan ilahiyah, atau divine intelligence, yang bertujuan menyembuhkan luka batin, menata energi hidup, dan menyambungkan lagi hati dengan Allah.

“Banyak orang hidupnya tampak lengkap secara lahir, tapi batinnya kering. Ibadah sudah dijalankan, tapi hati tetap gundah. Itu tanda masih ada hijab yang menutupi hubungan dirinya dengan Allah,” ujar Gus Salam.

Hijab itu, lanjutnya, seperti dinding penghalang sinyal. “Jika hati tertutup oleh dendam atau iri, koneksi cahaya Allah terputus. Sama halnya HP, saat berada di ruang tertutup, tak ada terputus koneksi Wi-fi atau sinyal,” ucap Gu Salam menganalogikan hubungan yang terhijab.

Namun ketika hijab hati tersingkap, manusia mampu mengendalikan nafsu rendah dan menumbuhkan sifat malaikat serta ketuhanan. “Nah, Asmaul Husna mengajak kita makrifatullah, mengenal Allah, melalui nama-namaNya yang indah, Ar Rahman, Ar Rahim, Al Quddus, As Salam, hingga Al Ghani, dan seterusnya,” jelasnya.

Ia juga menegaskan, nama-nama itu bukan sekadar sebutan. Mereka adalah energi spiritual yang nyata dalam hidup manusia.

“Kita bisa berdaya, punya ide, mendapat rezeki, semua karena kekuatan berasal dari pancaran sifat-sifat Allah, Ar Razzaq, Al Hadi, dan Al Ghani,” ujarnya.

Manusia Bisa Berubah

Kajian dalam rangka Safari Syiar AHQ ditutup ini ditutup dengan ajakan reflektif. Kesadaran ini bukan hanya konsep, tapi jalan perubahan nyata.

“Saya telah menyaksikan sendiri, mantan preman pasar kini menjadi hamba Allah yang lembut dan taat,karena membuka diri menerima nurullah, cahaya dari Allah. Maka jangan menghina orang yang belum sampai pada jalan ilahi. Doakan mereka agar menemukan kesadaran. Karena ketika hati mulai disinari cahaya Allah, luka pun perlahan sembuh, dan manusia kembali pada jati dirinya, yakni cahaya yang bersaksi di hadapan Tuhan,” pesan Gus Salam.

“Jika engkau takut, sebutlah namaKu. Di setiap namaNya, tersimpan jalan pulang menuju cinta yang abadi,” ucapnya mengingatkan firman Allah. (AHQ)

Gus Salam YS saat menyampaikan konsep Asmaul Husna Quotient di depan puluhan jemaah Masjid Nurun Nuha Kota Malang, Jawa Timur. Minggu (2/11/2025). DOK AHQ Center Indonesia.